Text
INDONESIAN JOURNAL OF APPLIED LINGUISTICS
Abstrak: Makalah ini membahas kemungkinan dan dampak kebijakan bahasa yang berbeda-beda di sekolah-sekolah di seluruh dunia, berdasarkan penelitian terbaru tentang pembelajaran bahasa kedua dan tentang hubungan antara bahasa dan identitas budaya. Dengan mengacu pada beberapa temuan terbaru dari pencitraan otak peserta didik yang berbicara satu, dua atau lebih bahasa, makalah ini memperhatikan dampak fisik dari bilingualisme dan multilingualisme, dan bagaimana penerapannya dalam pengajaran dan kebijakan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan
Rogers, Multilingualism in education: The role of first language
mengacu pada survei terbaru terhadap siswa di sekolah menengah internasional di Indonesia, makalah ini juga membahas aspek budaya dari penggunaan bahasa di sekolah dan peran bahasa sebagai identitas. Makalah ini menelaah efek dari belajar lebih dari satu bahasa di usia muda dan efek dari mempelajari mata pelajaran menggunakan bahasa yang bukan bahasa pertama pemelajar. Banyak sekolah di dunia saat ini mengajarkan bahasa Inggris untuk penutur bahasa lain sejak usia dini. Makalah ini membahas sejauh mana keberhasilan pengajaran bahasa asing atau bahasa kedua sejak dini. Di banyak negara, penggunaan bahasa Inggris dalam pengajaran mata pelajaran utama dan bahkan semua mata pelajaran di dalam kurikulum menjadi semakin populer. Tetapi, beberapa negara menemukan bahwa cara ini berdampak buruk dalam beberapa hal dan oleh karena itu mereka kembali mengajarkan mata pelajaran menggunakan bahasa nasional masing-masing. Banyak negara khawatir tentang kemungkinan hilangnya atau tergantikannya bahasa yang penggunanya sedikit dengan bahasa nasional, atau bahwa bahasa nasional mereka akhirnya akan digantikan oleh bahasa Inggris. Hal ini bisa berdampak besar baik terhadap budaya lokal maupun terhadap hubungan internasional, mengingat adanya aspek emotif dalam bahasa pertama seseorang. Kebijakan penting tentang bahasa sering dibuat berdasarkan kebutuhan akan bahasa Inggris dalam karir. Namun, mungkin situasi pengajaran bahasa saat ini tidak benar-benar berhasil meningkatkan penggunaan bahasa Inggris siswa atau pembelajaran siswa secara umum. Selain itu, ada risiko besar dihasilkannya satu atau lebih generasi lulusan sekolah yang tidak bisa berperan selain dengan menggunakan percakapan sehari-hari dalam bahasa pertama. Mungkin mustahil untuk bahasa Inggris untuk terus mendominasi pendidikan tanpa menaikkan hambatan afektif untuk belajar, yaitu dengan memberikan status lebih rendah untuk bahasa dan budaya lokal. Dalam makalah ini, semua pertanyaan di atas akan dibahas dan diteliti, dan beberapa solusi untuk masalah-masalah yang timbul darinya akan diusulkan.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain